Sabtu, 04 September 2010

PENJELAJAHAN ANGKASA



Penjelajahan angkasa adalah eksplorasi fisik dari benda di luar Bumi dan biasanya menyangkut teknologi, ilmu pengetahuan, dan politik yang berhubungan dengan luar angkasa. Salah satu yang paling terkenal dan aspek penting dari penjelajahan angkasa adalah pendaratan manusia pertama di bulan dalam perlombaan angkasa antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Dari fiksi ke kenyataan

Ide mengirim objek ke angkasa terdapat di dalam pikiran dari banyak penulis sains fiksi ratusan tahun sebelum hal itu menjadi kenyataan. Beberapa karya ini juga menulis penggambaran bagaimana hal tersebut dapat dilakukan. Pada abad 20, dengan pengembangan propulsi teknologi yang cukup, material yang kuat dan ringan dan terobosan teknologi dan sains lainnya, ide misi luar-bumi tidak lagi hanya sekedar impian tapi suatu kenyataan.

Museum National Air and Space (National Air and Space Museum, NASM) di National Mall di Washington, D.C. memajang sebuah contoh batu bulan yang dapat dilihat dan disentuh oleh masyarakat, sebuah kapsul Gemini dan roket Soviet. Steven F. Udvar-Hazy Center di Dulles International Airport di Virginia Utara menampilkan banyak teknologi aerospace dalam satu tempat: Pesawat luar angkasa Enterprise, sebuah Concorde dan beberapa pesawat lainnya. Museum Space & Rocket Center A.S di Huntsville, Alabama dekat dengan Redstone Arsenal menampilkan banyak perangkat angkasa, termasuk replika roket Saturn V Apollo 11 ukuran-penuh, Apollo asli, dan kapsul pelatih luar-angkasa Merkurius, dan kapsul luar angkasa Apollo 16 asli.

Lihat juga: Blue Marble, sebuah gambar tahun 1972 yang diambil oleh Program Apollo

Garis waktu penjelajahan angkasa

UFO

Benda Terbang Aneh

Logo Komunitas BETA-UFO Indonesia.

Benda Terbang Aneh (disingkat BETA; identik dengan makna dari istilah bahasa Inggris: Unidentified Flying Object disingkat UFO) atau sering kali disebut sebagai benda terbang tak dikenal adalah istilah yang digunakan untuk seluruh fenomena penampakan benda terbang yang tidak bisa diidentikasikan oleh pengamat dan tetap tidak teridentifikasi walaupun telah diselidiki. Istilah BETA diperkenalkan oleh Ketua Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) era 1960-an RJ Salatun untuk fenomena ini [1]. Istilah lain yang digunakan adalah "piring terbang" (bahasa Inggris: flying saucer) dan pertama kali digunakan wartawan untuk menggambarkan benda terbang misterius yang dilihat oleh Kenneth Arnold, yaitu sembilan obyek terbang aneh dalam suatu formasi di atas gunung Rainier, pegunungan Cascade, Washington.[2] Peristiwa itu terjadi pada tanggal 24 Juni 1947. Sejak saat itu, istilah “Piring Terbang” mempengaruhi imajinasi banyak orang.[3]

Istilah lain yang juga sempat diperkenalkan adalah BETEBEDI (Benda Terbang Belum Dikenal) yang dikemukakan oleh seorang akuntan publik dari Bandung yang bernama C.M. Tanadi yang pada tahun 80-an banyak menerbitkan buku terjemahan tentang fenomena ini dan majalah yang bernama Betebedi.

Istilah UFO yang Populer

Penggunaan istilah "UFO" sebagai penampakan fenomena misterius pertama kali disarankan pada tahun 1952 oleh Kapten Edward J. Ruppelt, pemimpin pertama Proyek Buku Biru. Penggunaan istilah "Piring Terbang" tidak mencerminkan penampakan yang berbeda-beda. Ruppelt mengatakan bahwa istilah "UFO" mesti dilafalkan seperti kata "you-foe" (kau musuh). Bagaimana pun juga, istilah tersebut biasanya dilafalkan dengan menyebut hurufnya satu persatu: "U. F. O.". Istilah asing ini dengan cepat diadaptasi oleh Angkatan Udara, yang juga langsung menggunakan istilah "UFOB" sekitar tahun 1954. Ruppelt menceritakan pengalamannya dengan Proyek Buku Biru dalam catatannya, "The Report on Unidentified Flying Objects" (laporan mengenai objek terbang tak dikenal) (1956), juga merupakan buku pertama yang menggunakan istilah UFO.

Jenis-jenis planet katai

1.Pluto

Pluto Simbol astronomis Pluto
Pluto dan Charon.
Pluto dan Charon.
Penemuan
Penemu Clyde W. Tombaugh
Tanggal ditemukan 18 Februari 1930
Penamaan
Penamaan MPC 134340 Pluto
Kategori
planet minor
planet katai,
TNO,
plutoid,
KBO,
plutino
Adjektif Plutonian
Epos J2000
Aphelion 7.375.927.931 km
49,305 032 87 SA
Perihelion 4.436.824.,613 km
29,658 340 67 SA
Sumbu semi-mayor 5.906.376.272 km
39,481 686 77 SA
Eksentrisitas 0,248 807 66
Periode orbit 90.613,305 hari
248,09 tahun
Periode sinodis 366,73 hari
Kecepatan orbit rata-rata 4,666 km/s
Inklinasi 17,141 75°
11,88° ke ekuator Matahari
Bujur node menaik 110,303 47°
Argumen perihelion 113,763 29°
Satelit 3
Ciri-ciri fisik
Jari-jari rata-rata 1.151 km[1]
0,18 Bumi
Luas permukaan 1,665×107 km²[1]
0,033 Bumi
Volume 6.39×109 km³[1]
0,0059 Bumi
Massa (1,305 ± 0,007)×1022 kg[2]
0,002 1 Bumi
0,178 bulan
Kepadatan rata-rata 2,03 ± 0,06 g/cm³[2]
Gravitasi permukaan di khatulistiwa 0,81 m/s²[1]
0,059 g
Kecepatan lepas 1,27 km/s[1]
Hari sideris −6,387 230 hari
6 hari 9 jam 17 men 36 det
Kecepatan rotasi 47,18 km/jam
Kemiringan sumbu 119,591 ± 0,014° (ke orbit)[2][3]
Asensio rekta bagi kutub utara 133,046 ± 0,014°[2]
Deklinasi -6,145 ± 0,014°[2]
Albedo 0,49–0,66 (bervariasi 35%)[4][5]
Suhu permukaan
Kelvin
min rata-rata maks
33 K 44 K 55 K
Magnitudo tampak sampai 13,65 (rata-rata 15,1)[5]
Magnitudo mutlak (H) −0,7[6]
Ukuran sudut 0,065" sampai 0,115"[5][7]
Atmosfer
Tekanan permukaan 0,30 Pa (maksimum musim panas)
Komposisi nitrogen, metana


Pluto dan tiga satelitnya: Charon, Nix, dan Hydra.

Asteroid


Asteroid, pernah disebut sebagai planet minor atau planetoid, adalah benda berukuran lebih kecil daripada planet, tetapi lebih besar daripada meteoroid, umumnya terdapat di bagian dalam Tata Surya (lebih dalam dari orbit planet Neptunus). Asteroid berbeda dengan komet dari penampakan visualnya. Komet menampakkan koma ("ekor") sementara asteroid tidak.

Asteroid dalam sistem tatasurya


Sabuk asteroid (titik-titik putih).

Dari kiri ke kanan: 4 Vesta, 1 Ceres, Bulan.

Planet


Planet-planet dalam Tata Surya:
1. Merkurius
2. Venus
3. Bumi
4. Mars
5. Jupiter
6. Saturnus
7. Uranus
8. Neptunus

Planet adalah benda langit yang memiliki ciri-ciri berikut:

LEDAKAN DAHSYAT(BIG BANG)


Menurut model dentuman besar, alam semesta mengembang dari keadaan awal yang sangat padat dan panas dan terus mengembang sampai sekarang. Secara umum, pengembangan ruang semesta yang mengandung galaksi-galaksi dianalogikan seperti roti kismis yang mengembang. Gambar di atas merupakan gambaran konsep artis yang mengilustrasikan pengembangan salah satu bagian dari alam semesta rata.

Jumat, 03 September 2010

Kehidupan ekstraterestrial



Europa, bulan planet Jupiter, karena ada kemungkinan terdapat lautan di bawah lapisan esnya yang tebal, mungkin dapat menjadi sarang bagi makhluk mikroba.

Kehidupan ekstraterestrial didefinisikan sebagai kehidupan yang tidak berasal dari planet bumi. Keberadaan kehidupan di luar planet ini masih sebatas teori dan semua perkiraan mengenai kehidupan tersebut tetap berlangsung.[2] Stephen Hawking berpendapat bahwa tidak mungkin kehidupan hanya ada di bumi saja.

Planet katai

Planet katai atau planet kerdil (bahasa Inggris: dwarf planet) adalah sebutan bagi benda-benda langit dalam Tata Surya yang sesuai dengan ciri-ciri berikut:

  • mengorbit mengelilingi matahari
  • mempunyai massa yang cukup untuk memiliki gravitasi tersendiri agar dapat mengatasi tekanan benda tegar (rigid body) sehingga benda angkasa tersebut mempunyai bentuk ekuilibrium hidrostatik (bentuk hampir bulat)
  • belum "membersihkan lingkungan" (clearing the neighborhood; mengosongkan orbit agar tidak ditempati benda-benda angkasa berukuran cukup besar lainnya selain satelitnya sendiri) di daerah sekitar orbitnya
  • bukan merupakan satelit sebuah planet atau benda angkasa nonbintang lainnya

Kategori "planet katai" ini diciptakan pada pertemuan Persatuan Astronomi Internasional pada 24 Agustus 2006. Berdasarkan definisi ini, Pluto harus berubah statusnya dari planet menjadi planet katai karena Pluto belum mengosongkan daerah di sekitar orbitnya (Sabuk Kuiper).

Rabu, 01 September 2010

Pendukung kehidupan


upaya manusia bisa terus hidup di luar Bumi, habitat harus menjaga lingkungan yang masih mirip dengan Bumi, misal homeostasis. Habitat harus berisi spesies non-manusia-- contohnya, mikroorganisme dan bibit tumbuhan.

Hubungan antara organisme, habitat mereka dan lingkungan non-Bumi adalah:

  • Organisme dan habitat mereka diisolasi penuh dari lingkungan (misal termasuk biosfer buatan, biosfer 2, sistem pendukung kehidupan)
  • Merngubah lingkungan agar dapat menjadi habitat ramah-kehidupan (sebuah proses yang disebut terraforming)
  • Mengubah organisme agar menjadi lebih cocok dengan lingkungan, yaitu menyatukan habitat menjadi organisme

Replikasi-sendiri

Replikasi-sendiri adalah pilihan tambahan, karena ia dapat memberikan peningkatan jumlah koloni, sehingga mengurangi biaya dan ketergantungan kepada Bumi. Tujuannya termasuk yang mengharapakan hanya informasi dari Bumi (ilmiah, teknik, hiburan, dll) dan koloni yang hanya membutuhkan persediaan periodik benda ringan, seperti sirkuit terpadu, obat, bahan genetika, dll.

Besarnya populasi

Pada 2002, antropologis Dr. John Moore memperkirakan bahwa sebuah populasi 150-189 akan mencukupi reproduksi normal untuk 60-80 generasi yang kira-kira sama dengan 2000 tahun.

Sebuah populasi yang minimum dari dua wanita dapat dilakukan selama embrio manusia tersedia dari Bumi.

Pengertian ANTARIKSA

Luar angkasa atau angkasa luar atau antariksa (juga disebut sebagai angkasa), merujuk ke bagian yang relatif kosong dari Jagad Raya, di luar atmosfer dari benda "celestial". Istilah luar angkasa digunakan untuk membedakannya dengan ruang udara dan lokasi "terrestrial".

Karena atmosfer Bumi tidak memiliki batas yang jelas, namun terdiri dari lapisan yang secara bertahap semakin menipis dengan naiknya ketinggian, tidak ada batasan yang jelas antara atmosfer dan angkasa. Ketinggian 100 kilometer atau 62 mil ditetapkan oleh Federation Aeronautique Internationale merupakan definisi yang paling banyak diterima sebagai batasan antara atmosfer dan angkasa.

Di Amerika Serikat, seseorang yang berada di atas ketinggian 80 km ditetapkan sebagai astronot. 120 km (75 mil atau 400.000 kaki) menandai batasan di mana efek atmosfer menjadi jelas sewaktu proses memasuki kembali atmosfir (re-entry). (Lihat juga garis Karman).

Batasan menuju angkasa

  • 4,6 km (15.000 kaki) — FAA menetapkan dibutuhkannya bantuan oksigen untuk pilot pesawat dan penumpangnya.
  • 5,3 km (17.400 kaki) — Setengah atmosfer Bumi berada di bawah ketinggian ini
  • 16 km (52.500 kaki) — Kabin bertekanan atau pakaian bertekanan dibutuhkan
  • 18 km (59.000 kaki) — Batasan atas dari Troposfer
  • 20 km (65.600 kaki) — Air pada suhu ruangan akan mendidih tanpa wadah bertekanan (kepercayaan tradisional yang menyatakan bahwa cairan tubuh akan mulai mendidih pada titik ini adalah salah karena tubuh akan menciptakan tekanan yang cukup untuk mencegah pendidihan nyata)
  • 24 km (78.700 kaki) — Sistem tekanan pesawat biasa tidak lagi berfungsi
  • 32 km (105.000 kaki) — Turbojet tidak lagi berfungsi
  • 45 km (148.000 kaki) — Ramjet tidak lagi berfungsi
  • 50 km (164.000 kaki) — Stratosfer berakhir
  • 80 km (262.000 kaki) — Mesosfer berakhir
  • 100 km (328.000 kaki) — Permukaan aerodinamika tidak lagi berfungsi

Proses masuk-kembali dari orbit dimulai pada 122 km (400.000 ft).

Angkasa tidak sama dengan orbit

Kesalahan pengertian umum tentang batasan ke angkasa adalah orbit terjadi dengan mencapai ketinggian ini. Orbit membutuhkan kecepatan orbit dan secara teoritis dapat terjadi pada ketinggian berapa saja. Gesekan atmosfer mencegah sebuah orbit yang terlalu rendah.

Ketinggian minimal untuk orbit stabil dimulai sekitar 350 km (220 mil) di atas permukaan laut rata-rata, jadi untuk melakukan penerbangan angkasa orbital nyata, sebuah pesawat harus terbang lebih tinggi dan (yang lebih penting) lebih cepat dari yang dibutuhkan untuk penerbangan angkasa sub-orbital.

Mencapai orbit membutuhkan kecepatan tinggi. Sebuah pesawat belum mencapai orbit sampai ia memutari Bumi begitu cepat sehingga gaya sentrifugal ke atas membatalkan gaya gravitasi ke bawah pesawat. Setelah mencapai di luar atmosfer, sebuah pesawat memasuki orbit harus berputar ke samping dan melanjutkan pendorongan roketnya untuk mencapai kecepatan yang dibutuhkan; untuk orbit Bumi rendah, kecepatannya sekitar 7,9 km/s (28.400 km/jam — 18.000 mill/jam). Oleh karena itu, mencapai ketinggian yang dibutuhkan merupakan langkah pertama untuk mencapai orbit.

Energi yang dibutuhkan untuk mencapai kecepatan untuk orbit bumi rendah 32MJ/kg sekitar dua puluh kali energi yang dibutuhkan untuk mencapai ketinggian dasar 10 kJ/km/kg.